
Meskipun etnis asli di Jakarta adalah Betawi, Jakarta adalah ibukota negera yang ditempati oleh berbagai macam suku dari Indonesia. Jakarta harus memperlihatkan sebagai rumah bagi setiap orang Indonesia. Oleh karena itu mereka yang menjadi peserta dan bahkan terpilih sebgai Abang None (sejenis kontes ratu-ratuan lokal), tidak harus berasal dari etnis Betawi, meski pun mereka dituntut untuk memahami budaya Betawi.
Pada malam final Pemilihan Abang dan None Jakarta Selatan 2017 yang berlangsung Balai Sarbini Plaza Semanggi, Jl. Jenderal Sudirman Karet Semanggi, Sabtu (29/4), dua nama telah sah diumumkan sebagai pemenang. Pasangan AbNon Melvin Bonardo Simanjuntak dan Karina Syahna, akhirnya berhasil meraih gelar juara AbNon Jakarta Selatan 2017.
Pasangan Melvin Bonardo Simanjuntak – Karina Syahna, dipilih oleh dewan juri usai melewati beragam sesi yang terdiri dari Fashion Show, penampilan bakat dan keterampilan serta sesi pertanyaan. Nantinya, pasangan ini akan bersanding dengan Wakil I AbNon Jaksel 2017 Thohir Husin – Anisa Prameswari, serta Wakil II AbNon Jaksel 2017 Jasey Lontoh – Indira Hapsari, yang juga terpilih untuk mewakili Jakarta Selatan dalam pemilihan Abang None Tingkat Provinsi DKI Jakarta 2017.
Yang menarik dalam ajang Abang None 2017 ini adalah tampilnya para peserta mengenakan kain tenun dan songket karya disainer Anna Mariana, yang diberi nama Babe (singkatan Bali-Betawi)
“Selain tenun Babe dikenakan oleh peserta, kami juga membuatkan kostum untuk Pembawa Acara dan para juri yang terdiri dari 7 orang, 4 diantaranya pria dan 3 wanita.” ujar Anna.
Anna mengkreasikan tenun dan songket Babe berawal dari ketertarikannya melestarikan budaya Betawi. Sebagai tokoh dan pelopor tenun nusantara, Anna senang bereksperimen membuat design yang memuat corak bernafas baru. “Saya menciptakan design dengan sentuhan budaya Bali dan Betawi dalam selembar kain tenun.”
Dalam inovasi yang baru saja dirilis ini, Anna membuat suatu akulturasi budaya yang tidak biasa. Dan secara kebetulan terciptanya tenun Babe juga atas inisiasi dari Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur DKI Jakarta, Soni Soemarsono. “Baru-baru ini, Pak Sumarsono datang menjenguk seniman tenun binaan saya di Bali. Ketika itu Bapak memberi usul untuk membuat ragam desain yang lebih banyak untuk tenun Betawi yang sedang kami kerjakan, seperti perlu memadukan desain Bali dan Betawi dalam satu kain,” ujar Anna.
Menurut Anna, Sumarsono berpesan, “Sedikitnya, ada dua kelebihan dalam kreasi Babe. Pertama akan ada lintas karya antara Bali dan Betawi, juga ada lintas agama antara Islam dan Hindu. Dan disain ini langsung dibuatkan Perpunya. Penerbitan Perpu Gubernur ini sekaligus menegaskan Betawi merupakan penganut budaya yang sangat terbuka , dan Babe langsung saya kerjakan,” ujar Anna .
Menurut Anna, sejak dulu budaya Betawi tumbuh dan berkembang dari beragam akulturasi ”Antara Cina, India, Arab dan Melayu. Sehingga ini akan memberikan khasanah pluralisme Jakarta dan memperkuat NKRI.”
Motif tenun Babe yang memadukan dua daerah itu memperlihatkan icon Betawi seperti Monas, Sirih Kuning, Ondel-Ondel, Tanjidor dan Elang Bondol. Sedangkan icon Bali yang muncul berkisar pada Tari Pendet, Barong dan Pura.